BAHAYA
KEMUNAFIKAN DALAM LINI KEHIDUPAN
ٱلۡحَمۡدُ
لِلَّهِ ٱلَّذِيٓ أَنزَلَ عَلَىٰ عَبۡدِهِ ٱلۡكِتَٰبَ وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ
عِوَجَاۜ ١ قَيِّمٗا لِّيُنذِرَ بَأۡسٗا شَدِيدٗا مِّن لَّدُنۡهُ وَيُبَشِّرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
ٱلَّذِينَ يَعۡمَلُونَ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ أَجۡرًا حَسَنٗا ٢ مَّٰكِثِينَ
فِيهِ أَبَدٗا
Jamaah Jumat yang dimuliakan
Allah Subhanahu wa Ta’ala
Dua macam kemunafikan ciri-ciri dan sifat-sifatnya
Pertama: Nifaq akbar (kemunafikan besar) atau lebih dikenal dengan nifak i’tiqodi (munafik keyakinan).
Pertama: Nifaq akbar (kemunafikan besar) atau lebih dikenal dengan nifak i’tiqodi (munafik keyakinan).
Nifaq (kemunafikan) jenis ini adalah sebuah kemunafikan yang dapat
mengeluarkan seseorang dari keimanan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ ءَامَنُوا ثُمَّ كَفَرُوا فَطُبِعَ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لاَيَفْقَهُونَ
“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka telah
beriman kemudian menjadi kafir lagi lalu hati mereka dikunci mati, karena itu
mereka tidak dapat mengerti.” (QS. Al-Munafiqun: 3)
Di antara sifat-sifat kaum munafik dengan nifaq
i’tiqodi yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menyebutkan dan menjelaskannya di dalam Alquran, ialah:
1. Mereka mengaku dan mengikrarkan
keimanan layaknya seorang mukmin, padahal hati mereka tidaklah seperti apa yang
mereka ucapkan.
Maka Allah pun menyibak apa yang ada dalam hati mereka dengan
firman-Nya,
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ
“Dan di antara manusia ada yang mengatakan, ‘Kami beriman
kepada Allah dan hari kemudian,’ padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang
yang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 8)
Dan firman-Nya
إِذَا جَآءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللهِ وَاللهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu mereka
berkata, ‘Kami bersaksi bahwasanya kamu benar-benar rasul Allah’ dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar rasul-Nya dan Allah mengetahui
bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS.
Al-Munafiqun: 1)
2. Mereka memiliki dua wajah dan dua
lisan.
Allah berfirman,
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْإِلىَ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka mengatakan, ‘Kami telah beriman’ dan bila mereka kembali kepada
setan-setan mereka, mereka mengatakan, ‘Sesunggunya kami sependirian
dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.” (Al-Baqarah: 14)
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim,
dan selain keduanya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menegaskan mengenai sifat mereka ini.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’nhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya
sejelek-jelek manusia adalah yang mempunyai dua wajah di mana dia datang kepada
mereka (kaum muslim) dengan satu wajah dan keapda mereka (kaum munafik) dengan
wajah yang lain.” (HR. Bukhari 3494, dan Muslim: 2526)
3. Mereka mencegah dan mengahalangi
manusia dari jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman,
اتَّخَذُوا أَيْمَانَهُمْ جُنَّةً فَصَدُّوا عَن سَبِيلِ اللهِ
“Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai lalu
mereka menghalangi manusia dari jalan Allah …” (QS. Al-Munafiqun: 2)
Maka sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menghinakan apa yang mereka perbuat dengan firman-Nya,
إِنَّهُمْ سَآءَ مَاكَانُوا يَعْمَلُونَ
“…Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan.”
(QS. Al-Munafiqun: 2)
4. Istihza (mempermainkan/melecehkan)
Allah, ayat-ayat, dan rasul-Nya.
Allah berfirman,
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka tentang apa yang mereka
lakukan itu, tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah
bersenda gurau dan bermain-main saja.” (QS. At-Taubah: 65)
Mengenai Istihza terhadap Allah dan rasul-Nya,
Allah Subhanahu wa Ta’ala membantah perbuatan mereka dengan
firman-Nya,
وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ {65} لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ {66
“Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya, dan rasul-Nya
kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir
sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat),
niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah
orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Sesungguhnya Istihza kepada
Allah, ayat-ayat, dan rasul-Nya adalah sebuah kekufuran.”
Dan hal senada juga telah dikatakan oleh Syaikh Abdurrahman
As-Sa’di ketika
Jamaaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Inilah sebagian apa yang telah Allah kabarkan tentang keadaan dan
sifat-sifat mereka (kaum munafik i’tiqodi). Maka seyogyanyalah kita
terus berusaha menjaga diri kita dari sifat-sifat tersebut di atas agar kita
tidak terjerumus ke dalam kekufuran sebagaimana mereka telah terjerumus ke
dalamnya.
Kedua: Nifaq ashghor yang disebut juga dengan nifaq
amali (kemunafikan dalam perbuatan)
Cukuplah sekiranya kita mengetahui sifat dari kemunafikan ini dari
apa yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sabdanya,
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda-tanda
orang munafik itu ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji
dia mengingkari, dan apabila diamanati dia khianat.” (HR. Bukhari 33, dan
Muslim 59, 107)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Inilah tiga buah akar dari sebuah kemunafikan yang telah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan kepada kita
yang setiap di antara sifat dari sifat-sifat kemunafikan terpaut dan terkait
dengannya. Maka tak sepantasnyalah bagi kita untuk tidak menyepelekan serta
meremehkan jenis kemunafikan ini. Karena jenis kemuanfikan ini (nifaq amali)
akan menyeret kita kepada nifaq i’tiqodi sehingga akan
mengeluarkan kita dari ruang lingkup keimanan.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Bersandarlah kepada Allah, mintalah kemudahan, ketetapan hati, dan
keistiqamahan untuk berjalan di atas apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai.
Jauhkan dan jagalah diri Anda, keluarga, dan orang-orang yang diamanatkan
urusannya di atas pundak Anda dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
Kedua: Nifaq ashghor yang disebut juga dengan nifaq
amali (kemunafikan dalam perbuatan)
Cukuplah sekiranya kita mengetahui sifat dari kemunafikan ini dari
apa yang telah diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dalam sabdanya,
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda-tanda
orang munafik itu ada tiga: apabila berbicara dia berdusta, apabila berjanji
dia mengingkari, dan apabila diamanati dia khianat.” (HR. Bukhari 33, dan
Muslim 59, 107)
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Inilah tiga buah akar dari sebuah kemunafikan yang telah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan kepada kita
yang setiap di antara sifat dari sifat-sifat kemunafikan terpaut dan terkait
dengannya. Maka tak sepantasnyalah bagi kita untuk tidak menyepelekan serta
meremehkan jenis kemunafikan ini. Karena jenis kemuanfikan ini (nifaq amali)
akan menyeret kita kepada nifaq i’tiqodi sehingga akan
mengeluarkan kita dari ruang lingkup keimanan.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala
Bersandarlah kepada Allah, mintalah kemudahan, ketetapan hati, dan
keistiqamahan untuk berjalan di atas apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhai.
Jauhkan dan jagalah diri Anda, keluarga, dan orang-orang yang diamanatkan
urusannya di atas pundak Anda dari kemurkaan dan adzab Allah Subhanahu
wa Ta’ala.
ALMUTTAQIN TG UMA 16 MARET ‘18
Tidak ada komentar:
Posting Komentar