TIGA CIRI
ORANG SUKSES
MENJALANI RAMADHAN
اللهُ أَكْبَرُ (×٣)
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ. اللهُ اَكْبَرُ
كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً
وَاَصِيْلاً، لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ، اللهُ اَكْبَبَرُ وَلِلّٰهِ
اَلْحَمْدُ. الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ
ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ
وَاحْدَه‘لاَشَرِيْكَ لَهُ. الَّذِيْ جَعَلَ الْجَنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ. وَأَشْهَدُ
أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ
الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ
سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ
إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ
وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إ إِلَّا
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى:
إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ، اُدْخُلُوْهَا بِسَلَامٍ
آمِنِينَ
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ
لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri
rohimakumullah
Momen
Idul Fitri hampir selalu diwarnai dengan gegap gempita kegembiraan umat Islam
di berbagai penjuru. Gema takbir dikumandangkan di malam harinya, kadang
disertai sejumlah aksi pawai. Pada pagi harinya pun mayoritas dari mereka
mengenakan pakaian serba baru, makan makanan khas dan istimewa, serta bersiap
bepergian untuk silaturahim ke sanak kerabat. Umat Islam merayakan sebuah momen
yang disebut-sebut sebagai “hari kemenangan”. Tapi kemenangan atas apa?
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri
rohimakumullah
Idul Fitri tiba ketika umat Islam menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan
selama satu bulan penuh. Sepanjang bulan suci tersebut, menahan lapar, haus,
dan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga matahari
terbenam. Ramadhan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam
godaan material yang bisa membuat kita lupa diri.
Proses latihan tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan terhadap hal-hal
yang sebelumnya halal, seperti makan dan minum. Inilah proses penempaan diri.
Targetnya: bila manusia menahan diri dari yang halal-halal saja mampu, apalagi
menahan diri dari yang haram-haram.
Ramadhan tentu lebih dari sekadar latihan. Ianya merupakan wahana penempaan
diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya rahmat (rahmah), ampunan (maghfirah),
dan pembebasan dari api neraka (itqun minan nâr). Aktivitas ibadah sunnah
diganjar senilai ibadah wajib, sementara ibadah wajib membuahkan pahala
berlipat-lipat. Setelah melewati momen-momen penting sebulan penuh, umat Islam
pun berhak mendapatkan hasilnya. Apa hasilnya? Jawabannya tak lain adalah
predikat “takwa”, sesuai dengan firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Takwa merupakan standar paling tinggi tingkat kemuliaan manusia. Seberapa
tinggi derajat mulia manusia tergantung pada seberapa tinggi takwanya. Inna
akramakum ‘indallâhi atqâkum. Dalam hal puasa Ramadhan, tentu takwa tak bisa
digapai dengan sebatas menahan lapar dan dahaga. Ada yang lebih penting dari
itu yang perlu ditahan, yakni bergantungnya manusia kepada hal-hal selain
Allah, termasuk hawa nafsu. Orang yang berpuasa dengan sungguh- sungguh akan
mencegah dirinya dari segala macam perbuatan tercela semacam mengubar syahwat,
berbohong, bergunjing, merendahkan orang lain, riya’, menyakiti pihak lain, dan
lain sebagainya. Tanpa itu, puasa kita mungkin sah secara fiqih, tapi belum
tentu berharga di mata Allah subhanahu wata’ala. Rasulullah sendiri pernah
bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ
لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Artinya: “Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari
puasanya selain rasa lapar saja.” (HR Imam Ahmad)
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ
لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri
rohimakumullah
Karena puasa sudah kita lewati dan tak ada jaminan kita bakal bertemu
Ramadhan lagi, pertanyaan yang lebih relevan bukan saja “kemenangan atas apa
yang sedang kita raya hari ini?” tapi juga “apa tanda-tanda kita telah mencapai
kemenangan?”. Jangan-jangan kita seperti yang disabdakan Nabi, termasuk
golongan yang sekadar mendapatkan lapar dan dahaga, tanpa pahala? Jika
standar capaian tertinggi puasa adalah takwa, maka tanda-tanda bahwa kita
sukses melewati Ramadhan pun tak lepas dari ciri-ciri muttaqîn (orang-orang
yang bertakwa). Semakin tinggi kualitas takwa kita, indikasi semakin tinggi
pula kesuksean kita berpuasa. Demikian juga sebaliknya, semakin hilang kualitas
takwa dalam diri kita, pertanda semakin gagal kita menjalankan puasa wajib
sepanjang Ramadhan yang baru saja kita selesaikan.
Lantas, apa saja ciri-ciri orang bertakwa? Ada beberapa ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan ciri-ciri orang takwa. Salah satu ayatnya terdapat dalam Surat Ali
Imran134 Allah berfirman:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ
فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ
النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ
الْمُحْسِنِيْنَۚ
“(Yaitu) orang-orang yang
menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ’ (senang) dan pada saat dlarrâ’ (susah),
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS Ali Imran: 134)
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ
لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri
rohimakumullah
Ayat tersebut memaparkan tiga sifat yang menjadi ciri orang bertakwa atau
yang yang sukses menjalankan bulan suci Ramadhannya:
Pertama, gemar menyedekahkan sebagian hartanya dalam kondisi senang ataupun
sulit. Orang bertakwa tidak akan sibuk hanya memikirkan diri sendiri. Ia mesti
berjiwa sosial, menaruh rasa senasib sepenanggungan kepada sesama, serta rela
berkorban untuk orang lain dalam setiap keadaan. Bahkan, ia tidak hanya suka
memberi kepada orang yang dicintainya, tapi juga kepada orang-orang memang
membutuhkan.
Dalam konteks Ramadhan dan Idul Fitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya
sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah. Zakat fitrah
merupakan simbol bahwa “rapor kelulusan” puasa harus ditandai dengan
mengorbankan sebagian kekayaan kita dan menaruh kepedulian kepada mereka yang
lemah. Aktivitas tersebut harus berlangsung konstan/terus-menerus. Dari sini,
dapat dipahami bahwa zakat fitrah hanyalah awal atau “pancingan” bagi segenap
kepedulian sosial tanpa henti pada bulan-bulan berikutnya.
Ciri kedua orang bertakwa adalah mampu menahan amarah. Marah merupakan
gejala manusiawi. Tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah
begitu saja. Selayaknya orang bertakwa, semestinya mampu menyembunyikan panas
di dadanya sehingga orang-orang di sekitarnya tidak tahu bahwa ia sedang marah.
Bisa jadi ia tetap marah, namun ketakwaan mencegahnya melampiaskan itu karena
tahu mudarat yang bakal ditimbulkan. Amarah hanya diumbar pada saat yang jelas
maslahatnya dan betul-betul dibutuhkan.
Patutlah pada kesempatan idul fitri ini, umat Islam mengontrol emosinya
sebaik mungkin. Mencegah amarah menguasai dirinya, dan bersikap kepada
orang-orang pernah membuatnya marah secara wajar dan biasa-biasa saja. Ramadhan
semestinya telah melatih orang untuk berlapang dada, bijak sana, dan tetap
sejuk menghadapi situasi sepanas apa pun.
Ciri ketiga orang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain. Sepanjang
Ramadhan, umat
Islam paling dianjurkan memperbanyak mohon ampunan kepada Allah dengan
membaca:
اللهم انك
عفوكريم تحب العفوافا عف عنا
Kata ‘afw (maaf) diulang tiga kali dalam kalimat
tersebut, menunjukkan bahwa manusia memohon dengan sangat serius ampunan dari
Allah SWT. Memohon ampun merupakan bukti kerendahan diri di hadapan-Nya sebagai
hamba yang banyak kesalahan dan tak suci.
Cara ini, bila amalakan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang
selama Ramadhan tentang pentingnya maaf. Bila diri kita sendiri saja tak
mungkin suci dari kesalahan, apalagi alasan kita tidak mau memaafkan kesalahan
orang lain? Maaf merupakan sesuatu yang singkat namun bisa terasa sangat berat
karena persoalan ego, gengsi, dan unsur-unsur nafsu lainnya.
Amatlah arif ulama-ulama kita yang menciptakan tradisi bersilaturahim dan
saling memaafkan di momen lebaran. Sempurnalah, ketika kita usai membersihkan
diri dari kesalahan-kesalahan kepada Allah, selanjutnya kita saling memaafkan
kesalahan masing-masing di antara manusia.
Sudah berapa kali puasa kita lewati sepanjang kita hidup? Sudahkah
ciri-ciri sukses Ramadhan tersebut melekat dalam diri kita? Wallahu a’lam bish
shawab.
اللهُ أَكْبَرُ (×٣) وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Jamaah shalat Idul Fitri rohimakumullah
Dekianlah khotbah singkat yang dapat disampaikan pada kesempatan ini,
harapan kita semoga kita termasuk golongan orang yang sukses menjalankan ibadah
Ramdhannya khususnya pada tahun ini. Amin ya robbal alamin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ
تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ ههُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا
فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ
أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ،
اَللهُ أَكْبَرُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ
وَلِلَّهِ الْحَمْدُ . اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ إِلهَ إِلاَّ
هُوَ الرَّحْمننُ الرَّحِيْمُ، أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّددًا رَسُوْلُ
اللهِ
اللّهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ . فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ
وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ . يَا أَييُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ
وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون
وَقَالَ أَيْضًا: إِنَّ
اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اللّهُمَّ ارْضَ
عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن
اَللّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ، اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًا
صَادِقًا وَقَلْبًا خَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَتَوْبَةً نَصُوْحًا
اللّهُمَّ أَصْلِحِ
الرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً
رَخِيَّةً. رَبَّنَا آتِننَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّار. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
عِبَادَ اللهِ , إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
وَللهِ الْحَمْدُ