MAKNA
FILOSOFIS SHALAT
الحمد لله العزيز الغفور، الذي جعل في الإسلامِ الحنيفِ الهُدَي والنور، الذي قال: (وما الحياةُ الدنيا إلا مَتَاعُ الغرور)، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خاتم الأنبياء والمرسلين، وعلي آله الطيبين، وأصحابه الأخيار أجمعين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. قَالَ الله تَعَالَى في القرآن العظيم: (يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ). وَقَالَ أَيْضًا: (يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا). أَمَّابَعْدُ؛
Hadirin, jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan oleh
Allah SWT!
Apa sebenarnya makna
sholat yang sebenarnya kita kerjakan itu?. Barangkali itulah pertanyaan
mendasar yang semestinya selalu kita ajukan pada diri kita sendiri takkala kita
sedang menunaikan ibadah wajib itu. Tetapi kebanyakan umat Islam jarang
mempunyai pertnyaan kritis semacam itu terhadap sesuatu perintah Allah,
khususnya shalat.
Sebanarnya dengan shalat itu kita sedang melakukan instropeksi. Di samping
instropeksi, shalat juga berfungsi sebagai sarana untuk memotivasi setiap
langkah hidup kita, sekaligus alat bagi kita untuk mencegah perbuatan yang
tidak benar.
Hal ini sangat ditekankan sekali oleh Allah SWT, sehingga shalat ini
dicanangkan sebagai perintah yang sangat penting sekali. Shalat juga merupakan
ibadah yang sempurna. Jika Allah menyatakan bahwa Al Quran sebagai penyempurna
kitab-kitab sebelumnya, Islam sebagai penyempurna ajaran yang dibawa para nabi
sebelumnya dan Nabi Muhammad sebagai Rasul yang menyempurnakan ajaran para nabi
sebelumnya, maka ibadah shalat adalah ibadah yang sempurna.
Indikasinya dapat kita lihat dari unsur-unsur yang ada pada rukun dan syarat
sahnya shalat. Di mana dari keseluruhan unsur yang ada itu semuanya sama
dilakukan oleh umat Islam di penjuru dunia. Andaikata ada tukang foto dunia
yang mengabadikan orang Islam ketika shalat, maka akan kelihatan sekali
kekompakannya. Rukunnya sama, sujudnya sama, bacaan dan seluruh rukunnya semua
sama. Tak ada sedikitpun yang berbeda.
Unsur kesamaan itu apabila kita jabarkan dalam dunia kerja, maka tidak ada
pekerjaan yang berat apabila dikerjakan secara berjamaah atau gotong-royong.
Seberat apapun suatu pekerjaan, apabila dilakukan dengan berjamaah dan gotong-royong
maka akan terasa ringan. Berat sama dipikul ringan sama dijinjing, dengan
tanggung jawab yang sama seperti ibadah shalat, maka tidak ada pekerjaan yang
berat.
Pertanyaan ke dua, mengapa Allah SWT menyuruh umat Islam menunaikan shalat
setiap hari? mengapa tidak menyuruh setiap minggu sekali, sebulan sekali atau
setahun sekali?. Mengapa Allah memerintahkan kita shalat selama sehari lima
kali?.
Jawabannya mudah saja. Manusia itu jiwanya tidak akan stabil jika tidak
menunaikan shalat setiap harinya. Sedangkan yang sudah melaksanakan shalat
setiap hari saja kadang-kadang jiwanya dan imannya masih labil. Makanya Allah
menyatakan “faaqimish shalah lidzikri”, tegakkan shalat untuk mengingat Aku.
Manusia itu diciptakan dengan sifat lupa yang selalu melekat dalam dirinya.
Manusia bila memperoleh kesuksesan cenderung lupa. Apabila lupa telah menguasai
dirinya, maka dia mudah menjadi sombong. Bahkan yang mendapat kesusahan saja
juga sering lupa. Apabila orang yang ditimpa kesusahan ini lupa kepada Allah, dia
pasti mengalami frustasi, putus asa yang akan menjerumuskannya pada jalan yang
tidak di ridhoi Allah. Firman Allah menyatakan :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ارْكَعُوا وَاسْجُدُوا وَاعْبُدُوا رَبَّكُمْ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٧٧)
77. Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah
kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu
mendapat kemenangan. (QS. Al Hajj : 77)
Mengapa kita diperintahkan untuk rukuk? apa kandungan dari perintah itu? dan
mengapa kita diperintahkan untuk sujud?. Dua ajaran itu, rukuk dan sujud,
mengandung makna filosofis bahwa kita ini dianjurkan untuk menundukkan dada dan
kesombongan kita. Di hadapan Allah-lah, kita harus menundukkan dada. Karena
biasanya orang yang sombong itu selalu menunjukkan dadanya, mengangkat dadanya.
Maka perintah rukuk ini adalah anjuran kepada kita, agar kita tidak bersikap
sombong.
Sedangkan sujud mengandung makna yang sama dengan perintah rukuk. Seperti kita
ketahui, kepintaran seseorang itu selalu diidentikkan dengan otak. Sedangkan
otak manusia itu ada di dalam kepala manusia. Perintah sujud mengandung makna
filosofis sepintar apapun manusia, di hadapan Allah tidak ada artinya apa-apa.
Oleh karena itu otak manusia yang ada dalam kepala manusia selalu ada di bawah
ketika ia melakukan sujud.
Seperti diketahui bersama, setiap pergantian gerak dalam shalat selalu disertai
kalimat takbir. Mengapa demikian? hal ini berkaitan dengan perintah rukuk dan
sujud seperti dijelaskan di atas. Perintah rukuk dan sujud mengandung ajaran
supaya kita bersikap tidak menyombongkan diri dan berusaha untuk merendahkan
hati. Ajaran ini menegaskan antara sesama manusia itu tidak ada perbedaan. Baik
itu dari warna kulit, keturunan maupun kepintarannya. Dihadapan Allah semua
manusia itu sama. Tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil, tidak ada yang
lebih berkuasa atau menjadi hamba, semua sama. Yang Maha Besar adalah Allah SWT
semata. Yang Maha Kuasa adalah Allah semata. Inilah makna kalimat takbir yang
selalu kita ucapkan dalam setiap pergantian gerak shalat kita.
Untuk memahami makna ajaran dalam ajaran shalat ini memang perlu penghayatan
yang lebih dalam. Hendaknya kalimt takbir tidak hanya di ujung bibir saja.
Dengan menghayati makna kalimat takbir ini akan membawa kita pada penghayatan
makna keberadaan manusia dan makhluk yang ada di bumi ini adalah kecil. Semua
makhluk pasti musnah. Tak terkecuali manusia Yang Maha Benar, Yang Maha Kekal
adalah Allah.
Inilah rahasianya mengapa Allah menyuruh kita untuk melaksanakan shalat minimal
lima kali dalam sehari. Dengan penghayatan yang mendalam terhadap makna yang
terkandung dalam ajaran shalat dan itu diulangi sebanyak lima kali setiap
harinya, maka hal ini akan membawa pengaruh pada kesehatan jiwa. Dengan shalat
jiwa kita menjadi suci. Tidak ada sifat keserakahan yang menjerumuskan kita
pada sikap merendahkan orang lain. Dengan hilangnya sifat-sifat syaithaniyah
inilah akan membawa kita pada kesuksesan. Dengan hilangnya penyakit-penyakit
yang ada dalam jiwa ini, jiwa akan cenderung untuk melakukan kebaikan. Dan ini
sesuai dengan firman Allah di atas. Kunci kesuksesan adalah berbuat kebajikan,
rukuk dan sujud kepada Allah SWT.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ